Membuat bekisar juga dapat dilakukan dengan inseminasi buatan. Cara ini memang agak rumit sehingga butuh keterampilan untuk melakukannya.
Pejantan yang akan diambil spermanya dipilih yang sehat, sudah jinak, berumur kurang lebih dua tahun, dan kandangnya terpisah dari ayam betina. Untuk merangsang keluarnya sperma, dilakukan pemijitan pada bagian perut dekat kloaka.
Pengambilan sperma dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang paha dan sayap, lalu mengempitnya di antara ketiak. Seorang lagi mengangkat ekor dengan tangan kiri, ibu jari dan telun-juk disiapkan untuk memijit sisi lubang kloaka. Sementara itu, ta-ngan kanannya mengurut perut di bagian bawah tulang panggul. Pengurutan ini menyebaban si jantan terangsang dan mengeluarkan sepasang papila dari kloakanya. Bila papila telah keluar sempuma, pijitan dilakukan dengan tangan kiri. Akibat pijitan ini, sperma akan keluar dan segera ditampung dalam tabung reaksi atau cawan por-selin, lalu disedot dengan alat suntik yang telah dilepas jarumnya.
Pengambilan sperma seperti ini dapat membuat ayam stres. Oleh karena itu, dibutuhkan ayam jantan yang sudah benar-benar jinak. Selain itu, karena sempitnya anus dan rongga kloaka ayam hutan, tidak jarang pengambilan sperma dengan teknik pemijitan di daerah sekitar kloaka sering mengalami kesulitan. Untuk menghin-dari hal itu, kini telah diteliti metode inseminasi buatan yang lebih praktis. Dr. drh. Hardijanto, M.Sc., Staf pengajar FKH Unair Surabaya, telah melakukan teknik pengambilan sperma ayam hutan dengan cara penyedotan menggunakan spuit. Menurutnya, cara ini lebih praktis dan dapat mengurangi stres.
Sperma yang telah diambil dari ayam hutan harus segera digunakan. Tentu saja sebelumnya dipilih betina yang umurnya lebih dari enam bulan dan sudah masanya bertelur. Penyuntikan sperma ke ayam betina dilakukan oleh dua orang. Satu orang memegang ayam betina dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan memegang ayam betina dengan tangan kiri, sedangkan tangan kanan menekan bagian perut yang lunak sehingga lubang saluran telur dan lubang usus keluar. Yang seorang lagi memegang alat suntik berisi sperma. Bila ayam betina sudah siap, ujung alat suntik dimasukkan ke kloaka dan sperma disemprotkan ke dalamnya. Dengan inseminasi buatan ini setiap ekor betina cukup diberi 0,05 cc sperma.
Sperma yang diambil dari ayam jantan bisa juga diencerkan dulu. Pengencer yang digunakan bisa kuning telur dan glukosa dengan perbandingan satu bagian sperma, empat bagian kuning telur, dan satu bagian glukosa. Segera setelah diambil dan diencer-kan, sperma harus disuntikkan ke ayam betina. Dengan sperma yang telah diencerkan ini, setiap e’kor betina cukup diberi 2 cc.
Selain kuning telur dan glukosa, psngencer sperma juga dapat berupa campuran kuning telur dan air kelapa dengan perban-dingan 10:1 suhu 30° C. Pengencer lainnya lagi yang dapat digu-nakan adalah larutan NaCl pada pH 7—8 atau air susu. Pada saat pengeceran sebaiknya juga ditambahkan antibiotik untuk mening-katkan daya tahan hidup dan menghambat pertumbuhan bibit penyakit.
Bila fertilitas -sperma penjantan tinggi, ayam betina sedang dalam masa bertelur, dan inseminasi buatan dilakukan dengan benar, pada hari kedua teiur yang dihasilkan sudah berisi benih berkisar. Sumber Majalah Trubus